Minggu, 15 Juni 2014

Flexibility and efficiency of use - totalkesehatananda.com

Kali ini membahas mengenai prinsip berikutnya yaitu flexibility and efficiency of use. Pembahasan mengenai prinsip sebelumnya dapat dilihat di sini.
Accelerators -- unseen by the novice user -- may often speed up the interaction for the expert user such that the system can cater to both inexperienced and experienced users. Allow users to tailor frequent actions.
Inti dari prinsip ini adalah mempermudah pengguna untuk melakukan kegiatannya dengan lebih cepat.

Tampilan menu utama :
 

Tampilan menu Hemochromatosis dan submenunya :



Tatanan menu yang ada saat ini dalam situs contoh adalah apabila salah satu menu diklik, maka submenunya akan menutupi semua menu lainnya, kecuali tombol-sejuta-umat Home. Menu ini dapat dibuat lebih efektif dengan penggunaan breadcrumbs. Atau dapat juga dropdown menu untuk menampilkan submenumya, sehingga tampilan submenu tidak harus mengganti menu.
Selain itu tidak adanya splash/running text informasi terbaru mengenai kesehatan yang sedang ramai dibicarakan. Hal ini berarti situs ini belum mengikuti prinsip flexibility and efficiency of use.

Berdasarkan severity ratings versi Jakob Nielsen (1995) dari skala 0 - 4, permasalahan usability ini diberi rating 4. Artinya permasalahan in termasuk pada kategori Major usability problem: Usability catastrophe: imperative to fix this before product can be released. Artinya permasalahan ini termasuk fatal, sehingga harus diperbaiki sebelum situs ini diluncurkan ke masyarakat. 

Berikutnya akan membahas mengenai prinsip ke-delapan, aesthetic and minimalist design. Selamat mengikuti.

Aesthetic and minimalist design - totalkesehatananda.com

Prinsip ke-delapan adalah Aesthetic and minimalist design. Pembahasan sebelumnya mengenai flexibility and efficiency of use dapat dilihat di sini.

Dialogues should not contain information which is irrelevant or rarely needed. Every extra unit of information in a dialogue competes with the relevant units of information and diminishes their relative visibility.

Inti dari prinsip usability ini adalah informasi yang ditampilkan seharusnya hanya informasi yang relevan dan diperlukan. Desian yang minimalis juga bertujuan agar user dapat fokus pada informasi yang ditampilkan, tidak teralihkan oleh gambar atau teks yang tidak relevan, penulisan yang salah, penggunaan whitespace yang tidak tepat dan lains sebagainya. 



Dalam situs contoh, dapat kita lihat bahwa kolom pencarian terdapat di panel tengah. Hal ini cukup mengganggu fokus user. Seperti dijelaskan pada prinsip ke-empat, consistency and standards, pencarian ini sebaiknya disimpan di panel kanan, dan pencariannya juga berdasarkan data yang ada di dalam situs ini saja, bukan mesin pencari google. 

Lalu adanya tombol "Website ini dijual, harga nego" juga sangat menggangu. Tombol ini berada di setiap halaman dalam situs ini. Sesuai dengan prinsip desain yang minimalis, seharusnya tombol ini dihilangkan saja.

Selain itu, adanya penggunaan huruf kapital yang tidak seragam pada tampilan menu di panel sebelah kiri. Awalnya saya berfikir kalau penggunaan huruf kapital ini untuk membedakan antara menu yang memiliki submenu dan tidak. Tetapi setelah penelusuran lebih jauh, keduanya sama-sama memiliki submenu. Jadi hal ini merupakan kesalahan semata. Disarankan agar penggunaan huruf untuk menu dan submenu lainnya diseragamkan. Gunakan huruf yang sama, apabila mau huruf kapital, gunakan untuk semua menu dan submenu. Demikian juga apabila huruf kapitalnya hanya untuk huruf pertama saja, maka gunakan disemua menu dan submenu.


Berdasarkan severity ratings versi Jakob Nielsen (1995) dari skala 0 - 4, permasalahan usability ini diberi rating 4. Artinya permasalahan in termasuk pada kategori Major usability problem: Usability catastrophe: imperative to fix this before product can be released. Artinya permasalahan ini termasuk kategori fatal dan harus diperbaiki sebelum situs ini diluncurkan kepada masyarakat. 

Pembahasan prinsip ke-sembilan, help users recognize, diagnose, and recover from errors dapat dilihat di sini. Silahkan dikunjungi ...

Help users recognize, diagnose, and recover from errors - totalkesehatananda.com

Yosh semangaaattt!! Gomen minna ... Shin sudah mulai mengendur semangatnya, well ... mungkin Shin lelah... :D Well anyway, mari kita teruskan pembahasannya.

Kali ini membahas prinsip ke-sembilan adalah help users recognize, diagnose, and recover from errors. Pembahasan prinsip sebelumnya dapat dilihat di sini.
Error messages should be expressed in plain language (no codes), precisely indicate the problem, and constructively suggest a solution.
Maksud dari prinsip usability ini adalah pesan kesalahan harus dijelaskan dalam bahasa yang jelas, menjelaskan masalah dan memberikan solusi.

Tidak adanya form pengisian apapun dari situs contoh membuat saya kesulitan untuk menganalisis prinsip ke-sembilan ini. Tetapi seperti sudah dijelaskan dalam prinsip ke-lima, error prevention, saya menyarankan agar situs ini menyediakan sesi konsultasi dengan dokter pengasuh situs ini. Sesi ini dijalankan dengan cara user mengisi form isian konsultasi seperti contoh dibawah ini. Prinsip ke-sembilan ini dapat diimplementasikan bersamaan dengan penggunaan prinsip ke-lima. Antara lain penggunaan tanda bintang pada kolom yang harus diisi. Lalu adanya pop up window untuk kolom yang terlewat diisi oleh user.


Berdasarkan severity ratings versi Jakob Nielsen (1995) dari skala 0 - 4, permasalahan usability ini diberi rating 3. Artinya permasalahan in termasuk pada kategori Major usability problem: important to fix, so should be given high priority. Artinya penting untuk diperbaiki dan termasuk prioritas yang tinggi. 

Dan akhirnya ... pembahasan mengenai prinsip ke-sepuluh mengenai help and documentation akan dibahas di sini.

Help and documentation - totalkesehatananda.com

Setelah sebelumnya membahas prinsip ke-sembilan, help users recognize, diagnose, and recover from errors, kali ini kita membahas prinsip ke-sepuluh dari prinsip usability ini adalah help and documentation yang sekaligus merupakan prinsip terakhir.
Even though it is better if the system can be used without documentation, it may be necessary to provide help and documentation. Any such information should be easy to search, focused on the user's task, list concrete steps to be carried out, and not be too large.
Inti dari prinsip ini adalah sistem menyediakan bantuan dan dokumentasi yang berisi informasi tentang penggunaan sistem.

Dalam situs contoh, tidak ditemukan bantuan dan dokumentasi mengenai situs tersebut. Hanya ada sedikit pemberitahuan/disclaimer di bagian panel bawah seperti dibawah ini. Seharusnya situs apapun itu, sesederhana apapun, harus memberikan bantuan dan dokumentasi kepada user mengenai situsnya.


Berdasarkan severity ratings versi Jakob Nielsen (1995) dari skala 0 - 4, permasalahan usability ini diberi rating 3. Artinya permasalahan in termasuk pada kategori Major usability problem: important to fix, so should be given high priority. Artinya penting untuk diperbaiki dan termasuk prioritas yang tinggi.

Dan dengan ini, selesai sudah pembahasan mengenai prinsip heuristik, metode yang umum digunakan untuk mengevaluasi tampilan antar muka sebuah situs. See you next on other topic ...

Recognition rather than recall - totalkesehatananda.com

Setelah banyak bercerita mengenai prinsip ke-lima, error prevention, kali ini kita membahas prinsip ke-enam : Recognition rather than recall.
Minimize the user’s memory load by making objects, actions, and options visible. The user should not have to remember information from one part of the dialogue to another. Instructions for use of the system should be visible or easily retrievable whenever appropriate.

Inti dari maksud prinsip ini adalah meminimalisir user untuk berpikir mengenai objek, aksi, dan opsi yang tersedia. Instruksi ini seharusnya sudah tersedia dan terlihat oleh user kapanpun dibutuhkan. 

Permasalahan pada situs ini adalah tidak adanya petunjuk mengenai dimana posisi user. sehingga membingungkan user sudah sejauh mana dia berada di dalam situs ini. Memang tombol-sejuta-umat Home dapat menolong. Tetapi hal ini dapat diminimalisir apabila mencantumkan juga breadcrumbs untuk memberi tahu user di hirarki mana ia berada.
Breadcrumbs dapat diletakkan di panel tengah sejajar dengan tombol-sejuta-umat Home.

Berdasarkan severity ratings versi Jakob Nielsen (1995) dari skala 0 - 4, permasalahan usability ini diberi rating 2. Artinya permasalahan in termasuk pada kategori Minor usability problem: fixing this should be given low priority. Artinya perbaikan disini cukup diberikan prioritas yang rendah.

Permasalahan lainnya adalah tidak adanya keterangan mengenai informasi kesehatan mana yang ‘paling sering dilihat’. Hal ini dapat membantu user untuk mencari informasi yang diperlukannya dari pada dia harus jauh-jauh menjelajahi menu yang berada di sisi kiri. Informasi mengenai hal ini bisa saja diletakkan di panel sebelah kanan menggantikan iklan.

Berdasarkan severity ratings versi Jakob Nielsen (1995) dari skala 0 - 4, permasalahan usability ini juga diberi rating 2. Artinya permasalahan in termasuk pada kategori Minor usability problem: fixing this should be given low priority. Artinya perbaikan disini cukup diberikan prioritas yang rendah.

Pembahasan berikutnya adalah mengenai prinsip ke-tujuh, flexibility and efficiency of use. Tetap ikuti pembahasannya. :D

Error prevention - totalkesehatananda.com

Setelah pembahasan prinsip ke-empat sebelumnya, masuk ke pembahasan prinsip ke lima, error prevention yang berarti merancang sistem yang mencegah terjadinya kesalahan. Hal ini lebih baik daripada merancang pesan kesalahan itu sendiri.
Even better than good error messages is a careful design which prevents a problem from occurring in the first place. Either eliminate error-prone conditions or check for them and present users with a confirmation option before they commit to the action.
Situs contoh yang digunakan hanya berupa informasi saja sehingga tidak ada pengisian form apa-apa oleh user. Prinsip kelima ini tidak dapat dianalisis.


Tetapi untuk pengembangan ke depannya, karena situs ini merupakan situs mengenai kesehatan, bisa saja ditambahkan sesi konsultasi dengan Dokter yang mengasuh situs ini. Sesuai dengan namanya  totalkesehatananda.com, sehinga ada interaksi dengan user.
Contoh form konsultasi seperti dibawah ini:
Dan dalam pengisian form konsultasi tadi dapat digunakan pedoman prinsip ke-lima ini. Antara lain adanya kursor/pointer yang menandakan kolom mana yang aktif pada. Atau dapat juga digunakan penanda warna mana kolom isian yang aktif. Adanya keterangan berupa bintang mengenai kolom mana yang harus diisi dan mana yang boleh tidak diisi. Selain itu ada kode validasi seperti tampak pada gambar disamping untuk membedakan apakah yang mengisi benar-benar manusia atau hanya bot spam.
Selain itu, pada saat tombol KIRIM ditekan ada pop up window untuk memberi tahu user mengenai kolom yang terlewat diisi.



Pembahasan mengenai prinsip ke-enam, recognition rather than call, akan dibahas di sini.



Consistency and standards - totalkesehatananda.com

Setelah sebelumnya membahas prinsip ketiga, kali ini kita akan menerangkan prinsip keempat Consistency and standards.

Users should not have to wonder whether different words, situations, or actions mean the same thing. Follow platform conventions.

Maksud dari prinsip ini adalah user tidak harus berpikir mengenai apakah suatu kata, situasi dan aksi yang berbeda memiliki arti yang sama. Biasanya mengikuti konvension.
Dalam situs contoh, dapat kita lihat bahwa bahasa yang digunakan hanya bahasa Indonesia saja, hal ini sudah mengikuti prinsip konsistensi dari segi bahasa yang digunakan. Selain itu konsistensi dalam hal submenu, dalam situs ini apabila submenu yang ditampilkan cukup banyak maka dalam panel tengah akan muncul link-link submenu tadi, yang sesuai dengan submenu yang muncul di panel kiri. Hal ini juga menandakan bahwa prinsip konsistensi dari segi menu sudah dilaksanakan. 
Contoh :



Mungkin untuk menambah agar tampilan lebih menarik dapat digunakan metode lainnya dalam menampilkan submenu, misalkan menggunakan panel kanan, agar submenu tidak menumpuk di sebelah kiri, seperti solusi pada prinsip sebelumnya, menggunakan Breadcrumbs.

Berdasarkan severity ratings versi Jakob Nielsen (1995) dari skala 0 - 4, permasalahan usability ini diberi rating 1. Artinya permasalahan in termasuk pada kategori Cosmetic problem only: need not be fixed unless extra time is available on project. Artinya permasalah ini hanya termasuk tampilan saja, tidak perlu diperbaiki kecuali memang terdapat waktu ekstra dalam project ini.


Selain itu masih terdapat hal yang agak mengganjal di panel tengah situs ini yaitu adanya kolom pencarian. Pencariannya pun menggunakan mesin pencari google. Seharusnya kolom pencarian ini dipindahkan ke sebelah kanan menggantikan iklan, karena user sudah terbiasa melihat kolom pencarian ada di sebelah kanan atas. Pencariannya pun dibatasi ruang lingkupnya hanya informasi dalam situs saja, tidak melebar dengan menggunakan mesin pencari google.

Berdasarkan severity ratings versi Jakob Nielsen (1995) dari skala 0 - 4, permasalahan usability ini diberi rating 3. Artinya permasalahan in termasuk pada kategori Major usability problem: important to fix, so should be given high priority. Artinya penting untuk diperbaiki dan termasuk prioritas yang tinggi.

Berikutnya akan dibahas mengenai prinsip ke-lima, error prevention.

User Control And Freedom - totalkesehatananda.com

Kembali lagi ke bahasan Interaksi Manusia dan Komputer, setelah sebelumnya Shin berkutat dengan tugas akhir dan kuis Komputer Grafik yang menyedihkan ... ya sudah lah ya ... T_T. Well, setidaknya sudah berlalu. Kali ini saya akan membahas mengenai prinsip heuristik yang ke-tiga, User Control And Freedom. Prinsip yang ke-dua dapat dilihat di sini.
Users often choose system functions by mistake and will need a clearly marked "emergency exit" to leave the unwanted state without having to go through an extended dialogue. Support undo and redo.
Pengertian sederhana dari User Control And Freedom adalah keadaan dimana pengguna dapat keluar dari keadaan akibat pilihan yang salah tersebut tanpa perlu melewati kegiatan tambahan lainnya. Keadaan ini mungkin terjadi akibat pengguna kadang memilih pilihan yang salah dan memerlukan opsi ‘emergency exit’. Prinsip ini juga mendukung adanya Redo dan Undo.

Dalam situs contoh, setiap kali user mengklik salah satu menu, maka tampilan menu di sebelah kiri akan berubah, menjadi submenu dari menu tadi, hal ini membingungkan pengguna dibagian mana sebenarnya dia berada.



Tetapi situs ini sudah memiliki emergency exit tersendiri. Tombol Home yang berada di pojok kanan atas menjadi solusi atas hal ini. Tombol ini adalah satu-satunya tombol yang tidak mengalami perubahan dibagian manapun user berada. Atau solusi lainnya dengan memberikan Breadcrumbs sebagai penanda menu.

Berdasarkan severity ratings versi Jakob Nielsen (1995) dari skala 0 - 4, permasalahan usability ini diberi rating 2. Artinya permasalahan in termasuk pada kategori Minor usability problem: fixing this should be given low priority. Artinya perbaikan disini diberikan prioritas yang rendah karena sudah memiliki pemecahan lainnya. 

Jangan lewatkan pembahasan berikutnya mengenai consistency and standards. Selamat mengikuti.

Selasa, 03 Juni 2014

Lintang


A story about love, friend and sacrific 
Sherry Agista
 
Titik air seolah tak berhenti tercurah dari awan yang kelabu. Sejak tadi pagi, hujan terus mengguyur kampus SMK Negeri yang ada di Buitenzorg, membuat lapangannya basah dan siswanya bergerombol kedinginan di koridor disamping lapangan upacara, sebelum kembali ke kelas masing-masing untuk mendapatkan udara yang sedikit lebih hangat.

Ibu Joana, Wakasek Kesiswaan sudah ketar-ketir dari tadi. Kerudungnya yang selalu modis dan ditempeli bros mawar sebesar gelas melambai-lambai saat ia bolak-balik dari ruang operator dan lapangan hanya untuk mengecek apakah hujan sudah berhenti. Rencananya memang pagi ini dia akan menyerahkan piala lomba mengarang cerpen se-Provinsi kepada Kepala Sekolah. Entah mengapa Bu Joana selalu senang—dan bangga—apabila ia berbicara di atas podium. Tetapi pagi ini turun hujan dan sedikit banyak membuat rasa bangganya itu kempis.

Semua tingkah Ibu Joana terlihat jelas oleh Lintang dan itu membuatnya tertawa sendiri. Dasar guru ‘riweuh’, batinnya. Well bagi Lintang yang berada di depan Perpustakaan balkon lantai dua gedung C, dia memang bisa mengawasi seluruh aktifitas yang terjadi di samping lapangan upacar di Senin pagi yang basah ini. Yah kecuali sisi yang berada tepat di bawahnya.

Ia melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Tujuh kurang lima belas. Dia pun berbalik dan melangkah menuju kelasnya. Jas almamaternya yang berwarna biru dirapatkannya untuk menghalau hawa dingin yang dibawa oleh semilir angin.

Kelas dua Akuntansi satu baru separuhnya terisi saat Lintang masuk ke kelasnya itu. Di ujung dekat meja guru, seorang gadis melambai padanya. Lintang tersenyum dan berjalan ke arahnya.

“Pagi Lintang,” sapanya.

“Pagi Ayu, baru lo doang, mana yang lain?” Tanya Lintang seraya meletakkan tasnya di meja di belakang Ayu. Lalu ia berhigh five dengan Ayu.

“Eka lagi ke kamar mandi … eh … tuh dia!” ujar Ayu seraya menunjuk kedatangan seorang gadis berkulit putih dan berambut panjang.

“Hai … Lin,”

“Hai…” jawab Lintang. “Terus Putri mana?”

“Putri … tadi sih di kantin!”

“Sama Putra ya?!” seloroh Ayu. Eka mengangguk.

Degg. “Putra? Oh…” Lintang merasa suasana hatinya langsung berubah. Yah wajar saja … batin Lintang. “Sempet-sempetnya Senin pagi kayak gini pacaran.” Lintang berusaha agar suaranya terdengar wajar. “Bukannya upacara.”

“Lintang?! Hujan kayak gini upacara?? Yang bener aja!” Ayu mendelik padanya.

“Mending pake pacaran. Empat puluh menit … lumayan!” timpal Eka, dari balik bedak dan kacanya. Lintang angkat bahu.

“Kali aja mau berpayung ria. Udah gitu yang pidato si babe lagi!” kedua temannya bergidik ngeri. “Tapi ngomong-ngomong mereka … serasi ya…” ucap Lintang, keluar lagi kebiasannya menggantung kalimat seraya mulai melamun.

“Siapa?” Ayu menoleh padanya.

“…Yah… Putri dan … Putra…”

“He’eh. Putri dan Putra, mereka cocok banget!”

Lintang hanya tersenyum lemah seraya membuka-buka buku catatan matematikanya. Walaupun sebenarnya tak perlu. Ia cukup ahli di pelajaran yang satu ini. Ia melakukan itu hanya untuk mengusir sesak yang tiba-tiba datang menyergapnya. Namun toh ia tak bisa konsentrasi. Matanya malah menatap nanar di satu titik. Ia melamun lagi. Kebiasaan favorit yang tak disadarinya. Ingatannya kembali ke tiga hari yang lalu. Di pagi yang basah dan dingin seperti ini …

“Hai Guys…!!” teriak Putri. “Gw seneng banget!”

Serentak Lintang, Ayu dan Eka menoleh ke pintu kantin dimana Putri berdiri. Kantin mendadak sepi dan semua mata terarah pada Putri. Tetapi dengan PD-nya yang gede, ia berjalan menuju meja Lintang dkk dan bergabung disana. Kantin pun kembali ramai.

“Put,nyadar dong! Ini kantin tau!” tegur Eka sementara Ayu menoleh pada Lintang lalu menggariskan telunjuknya di dahi.

“Bodo… abis gw seneng banget!”

“Emang lo kenapa sih, girang banget … gak mungkin kan kalo nilai akew lo sepuluh?” goda Ayu yang tawanya langsung meledak melihat cemberut menghias wajah Putri. Akew adalah sebutan anak akuntansi untuk mata pelajaran Akuntansi Keuangan, mata pelajaran yang konon untuk mendapatkan nilai 8 saja susah payah.

“Nggak mungkin banget!” ucap Putri getir. “Gw seneng coz pagi ini gw dan nyatain perasaan gw dan …”

“Ha?! Perasaan?” ulang Ayu, Eka dan Lintang bersamaan.

“Oh … gw belum cerita ya … sebenernya selama ini gw ngefans ma kakak kelas! And tadi pagi … gw bilang tentang perasaan gw ke dia dan dia juga ternyata sama!” ucap Putri semangat. Pipinya yang sawo matang tampak kemerahan.

“Hah … wah … lo seneng dong, udah punya cowok!” goda Eka sembari mencubit kedua pipi Putri.

“Hehehe … gitu deh!”

“Enak ya … udah pada punya cowok!” gumam Lintang pahit.

“Kamu kapan?” Tanya Putri acuh tak acuh.

“Tau deh … nunggu Prince of Dream gw bangun dulu!” bayangannya melayang pada sosok ‘hensem’ dan ‘kiyut’ di kelas tiga sekretaris satu. “Ngomong-ngomong siapa cowok itu?”

“Dia … anak 3 SK 1!” jawab Putri enteng.

Hah … jangan-jangan … aku mohon jangan terulang lagi, pinta Lintang dalam hati. Rasa dingin merambati punggungnya sementara wajahnya mulai memucat. “Si-siapa dia?”

“Dia … kak Putra!” sambung Putri.

Pandangan Lintang serasa berputar-putar. Wajah teman-temannya berkelebatan di pelupuk matanya. Lalu redup, gelap dan gelap. Nafasnya memburu sementara lututnya terasa goyah dan BRUK …



Tawa Putri yang renyah menghempaskan Lintang ke dunia nyata. Gadis yang menggunakan kacamata hanya pada saat belajar dikelas itu duduk di sebelahnya. Lintang tersenyum saat melihat sahabatnya, Ayu, Eka dan Putri tertawa.

Ups … sahabat? Masih pantaskah mereka disebut sahabat? Setelah tiga orang ‘sahabat’ tadi mengambil semua Prince of Dream miliknya? Setelah Eka cuek padanya tanpa Lintang tahu apa penyebabnya? RALAT!!

Lintang menggeleng kuat-kuat.

Tapi bagaimanapun mereka sahabatku, pikir Lintang. Yah … walaupun mereka semua jadian dengan orang yang Lintang kagumi. Dendam? Ada sih … tapi … Lintang menggeleng dan berucap tidak. TIDAK.

TENG … TENG … TENG …

Lintang merapikan posisi duduknya sementara teman-teman sekelasnya berlarian menuju kursi masing-masing. Bel pada hari ini benar-benar tidak diharapkan. Senin ini mereka belajar tiga pelajaran killer. Akuntansi keuangan, akuntansi perbankan dan matematika.

Pelajaran pertama, akuntansi keuangan yang lebih dikenal dengan nama Akew, dapat dilalui dengan damai walaupun suasana kelas seperti belajar dibawah malaikat maut. Tegang banget. Pada saat guru itu meminta salah seorang maju untuk mengerjakan soal 3b, jangankan mengacungkan tangan, malah tak ada sepotong tangan pun yang tergeletak di atas meja. Akhirnya sebagai tumbal Lintang dipanggil maju untuk mengerjakan soal 3b tadi yang ternyata jawabannya panjang minta ampun. Satu board habis dikuasainya sendiri, walaupun ia sudah meminimize tulisannya. Itu pun masih ditambahi ceramah-ceramah guru berkacamata pipih itu yang seolah-olah selalu mencari-cari kesalahan Lintang setelah sebelumnya mengawasi dengan tampang garang di balik mejanya.

Lalu maju ke pelajaran kedua, akuntansi perbankan alias Abank yang lumayan seru. Guru yang berkumis tebal itu asyik dan bisa membawa suasana sehingga pelajaran hafalan yang panjangnya wuih … terasa ringan. Lintang lagi-lagi maju ditemani rivalnya yang setia dalam hal pelajaran. Tania. Lintang mengerjakan soal £100.5.- ( - ) £10.100.100. Lumayan ‘enak’ untuk bekal makan siang.

Dan akhirnya, pelajaran yang ditunggu-tunggu Lintang. Matematika. Kali ini membahas bab peluang dan semua siswa terbius walaupun dengan alasan yang berbeda. Sebagian ngantuk, sebagian gak ngerti alias tuing-tuing dan sebagian lagi kesemsem oleh gurunya. Yup. Guru magang itu memang masih muda. Cowok kiyut dan berkacamata yang baru berusia dua puluh tahun tetapi sudah menamatkan S1-nya.

Mungkin hanya Lintang and the gank, yang tidak terpengaruh. Lintang memang maniak matematika, so siapapun gurunya, baginya sama saja. Ketiga temannya, gak  terlalu minat pada matematika. Lagipula mereka sedang asyik ngegosipin cowok masing-masing.

Hal yang menyebalkan, pikir Lintang, melirik mereka dari balik buku paket matematikanya yang tebal.

Guru muda itu mengendarkan pandangannya ke seluruh kelas. Sepertinya tak ada tanda kehidupan di kelas ini, pikirnya. “Ada pertanyaan?” tanyanya dengan suara naik satu oktaf.

Seperti tersengat listrik, banyak kepala mendongak kaget dan hampir bersamaan pula kepala-kepala itu menggeleng dalam diam. Memang sih, jangankan bertanya, apa yang mau ditanyain aja gak ngerti. Tapi Lintang melihat tangan Tania diangkat tinggi-tinggi.

“Mau apa dia?” gumam Lintang malas.

“Pak, dalam pelemparan uang logam kenapa tidak muncul peluang (A1,G1) atau (A2,G2)?” tanyanya nyaring.

Guru magang yang lengkapnya bernama Sullivan Prakusya itu tersenyum. “Ada yang bisa bantu Miss...?” ia menoleh pada Tania.

“Tania!” sahut Tania pendek.

Hening. Hampir semua mengerutkan keningnya dan lagi-lagi tak ada tangan di atas meja. Setelah beberapa saat, Lintang mengangkat tangannya. Ia sudah bosan diam-diaman terus.

“Yup. Miss Lintang!”

Lintang berdiri karena Pak Sull mengisyaratkan agar dia berdiri. “Menurut saya ... dalam pelemparan dua uang logam, mustahil (A1,G1) atau (A2,G2) akan muncul!” ucapnya tegas.

“Lho kok begitu. Dalam prakteknya kan bisa saja ada!” protes Tania.

“Ok. Begini ... kita kan memakai dua uang logam. Berarti titik sampelnya A1, G1, A2, dan G2. benar?!” Tania mengangguk. “Bukankah A1 dan G1 itu terdapat dalam satu uang logam?! Logikanya mungkin nggak dalam satu uang logam dan dalam satu kali pelemparan, muncul angka dan gambar secara bersamaan?” tanya Lintang diplomatis mengakhiri penjelasannya.

Pak Sull lagi-lagi tersenyum, “Bagus sekali Miss Lintang!” pujinya saat Lintang duduk kembali. “Memang jawabannya seperti itu. Tidak akan mungkin muncul kecuali posisinya berdiri. Dan kau pun tahu sendiri, jarang sekali uang hasil pelemparan muncul dalam posisi berdiri. Dalam hal ini peluangnya nol. Ok ... ada pertanyaan lain? ... baiklah ... kalau tidak ... selamat siang!” ucapnya seraya melangkah keluar. Bisik dan gumam lega menjalar di antara siswa kelas 2 Ak 1.

“Eh ... “ ucapnya tiba-tiba seraya menghentikan langkahnya, murid-murid memandangnya heran. Seketika kelas menjadi hening kembali.

“Ehm ... buat Lintang, pulang sekolah tolong menghadap saya!”

“hah ... eh ... i-iya Pak,” jawab Lintang dan guru itu pun benar-benar pergi. Gumaman-gumaman tak jelas kembali berdengung di kelas 2 Ak 1.

“Cieee ... Lintang ... wah ada apa-apanya nih ...” goda Ayu.

“Bisa juga lo ngecengin guru, Lin. Tapi gak apa-apa ci, kalo gak salah denger Pak Sullivan kan baru dua puluh tahun!”

Semua mata memandang kaget pada Eka.

“Yang bener,” Putri memicingkan matanya.

“Bener lagi. Liat aja wajahnya yang ‘kiyut’ itu ... gak ada tampang mutu ‘kan?”

“Mutu? Apaan tuh?” Ayu menatapnya heran.

“Mutu itu muka tua!” ucap Eka tak sabar seraya menyampirkan tas ke bahunya.

“Oooo...” Ayu menganggukkan kepalanya. “Well Lintang, gak bisa pulang bareng donk?!”

Lintang yang dari tadi hanya mendengarkan saja tersenyum, “Mau gimana lagi ... sorry ... paling gw ntar disuruh beresin apa gitu. Kayak Bu Dewi. Gw dipanggil and gak taunya disuruh beresin Ruang Self Acces!”

Lagipula sebenarnya ia agak malas pulang bareng teman-temannya. Mereka sudah berpasangan semua, masa ia dijadiin penonton tunggal untuk tiga pasangan berbeda?

Eka ke kantin dulu untuk menemui Indra, cowok kelas 3 Pj 2 itu sering berjaga di kantin hijau, stand makanan milik rumpun penjualan. Ayu biasanya langsung ke gerbang, Satya sudah stand-by di sana. Sedangkan Putri, sudah dua hari ini sering ke warnet dulu, Putra hobinya surfing di internet. Tinggal Lintang pulang sendiri. Setidaknya sejak tiga hari yang lalu.

“Ok ... semuanya, gw ke ruang guru dulu. Kalian duluan aja!” kata Lintang seraya melangkah ke luar. Ia melangkah pelan menuju ruang guru, membayangkan apa yang akan dihadapinya dari Pak Sullivan. Beberapa temannya yang berbeda kelas menyapanya dan sempat ada obrolan kecil dengannya.

“Permisi, Pak,” sapa Lintang saat ia tiba di meja guru magang yang letaknya kebetulan dekat dengan pintu. Jadi ia tidak usah repot-repot masuk ke ruang guru yang siang itu lumayan ramai. “Ada apa Bapak memanggil saya?” sambungnya.

“Oh ... Lintang ya ... saya bisa minta tolong sebentar?” ucapannya terpotong kedatangan seseorang. Seseorang yang membuat Lintang sesaat menahan nafasnya, “Ah ... Satya, saya juga mau minta tolong sama kamu, kalian ada waktu kan?”

Lintang setengah berharap Satya mengatakan tidak tetapi harapan itu kandas saat Satya mengangguk. Lintang tak berani menatap Satya ataupun Sullivan, entah kenapa.

“Tolong bantu saya mengoreksi soal ulangan, Bu Ika sakit jadi beliau meminta saya untuk mengoreksinya tetapi beliau juga meminta agar hasilnya bisa ditempel besok ...”

“Maaf ... jadi kami mengoreksi soal kelas tiga, Pak?” potong Lintang yang langsung merasa tak sopan sendiri saat Satya perlahan menginjak kakinya.

“Iya ... kamu nanti koreksi soal ulangan kelas 2 Pj,” ucap Sullivan melihat sorot protes di mata Lintang, “kita bisa gunakan kelas kosong ‘kan?”

Tanpa bisa membantah lagi, Lintang melangkah gotai mengikuti Satya dan Sullivan dengan membawa setumpuk kertas ulangan yang harus dikoreksinya menuju salah satu kelas di gedung B.

Ayolah, ambil sisi positifnya Lintang, setidaknya kamu jadi bisa bertemu dengan Satya. Batinnya menghibur diri sendiri namun justru ia kecewa sendiri dengan hiburannya tadi saat sadar kalau Satya adalah pacar dari ‘sahabatnya’ sendiri.

(bersambung)